FOTO: VIDYADI |
Di
saat anak-anak pada umumnya bercita-cita sebagai dokter, tentara, ataupun
insinyur, Donny de Keizer (36) malah bercita-cita sebagai jurnalis dan broadcaster. Sejak umur tiga tahun, ia sudah
diperkenalkan dengan dunia televisi. Ayahnya memang dikenal sebagai public figure di tempat kelahirannya,
Makassar, Sulawesi Selatan. Saat ayahnya diundang menyanyi di TVRI Makassar,
Donny kecil diajak ikut. Ia pun sempat mengisi acara anak di stasiun TV yang
sama. Di saat itulah, panggilan untuk menjadi broadcaster muncul.
Kesempatan
itu baru datang ketika Donny memasuki kelas 3 SMA. Saat itu, ia bekerja sebagai
presenter di TVRI Yogyakarta. Setelah dua tahun bekerja, ia pun menjadi
reporter. Setelah lulus SMA, pria bernama lengkap Donny Perdana de Keizer
memutuskan untuk melanjutkan studi ke sekolah yang berkaitan dengan jurnalistik
dan broadcasting.
Berbagai
jenjang karier telah ia lewati. Mulai dari interviewer,
produser program berita hingga produser eksekutif. Lima belas tahun sudah,
Donny bekerja di dunia televisi. Saat ini, ia sudah tidak mementingkan karier
lagi. Fokusnya saat ini adalah menjalankan passion-nya
sebagai jurnalis dan broadcaster.
Selama
menjadi jurnalis, beragam kejadian pernah newscaster
Beritasatu TV ini alami. Ketika melakukan tugas peliputan; ada peristiwa
huru-hara, aksi demonstrasi, hingga hampir terkena peluru nyasar. Baginya, itu
adalah tantangan yang wajar. Secara prinsip, ia tidak pernah merasakan beban
berat. Menurut Donny, tantangan itu pasti ada, tergantung tantangan itu
bagaimana disikapinya. Tantangan itu dijadikan alat untuk meningkatkan
kemampuan diri.
Bekerja
di profesi yang dicintai membuat setiap hari terasa berkesan bagi fasilitator
di Talk Inc. Tapi, yang sangat berkesan baginya adalah saat bertugas ke Timor
Leste. “Saya berangkat sendiri. Saya hanya menggunakan satu kamera handycam. Saya menjadi reporter dan
kameramen. Situasi sangat mencekam, tinggal di rumah penduduk, syuting sendiri
sampai kirim gambar ke Jakarta,” ungkapnya. Selain itu, Donny juga pernah
bertugas di Istana Negara selama lima tahun, satu tahun bersama Megawati
Soekarnoputri dan empat tahun bersama Susilo Bambang Yudhoyono. Hal lainnya
adalah kebanggaan saat namanya tertayang di credit
title sebagai kerabat kerja di akhir acara. Banyak lagi peristiwa yang
tidak mampu diungkapkan satu per satu.
Pilihan hidup
FOTO: VIDYADI |
Saat
memutuskan menjadi jurnalis, orang tua Donny tidak melarangnya. Ia diberikan
kebebasan untuk memilih, asal bertanggung jawab dengan pilihan itu sendiri.
“Ketika itu, profesi wartawan bukan profesi yang disukai orang. Tapi, (bagi
saya) itu panggilan jiwa,” ujarnya. Meskipun ibunya ingin Donny bekerja di
Telkom, namun dia tetap membebaskan putranya untuk mengambil keputusan. Ia
merasa tidak salah pilih karena telah menjalani apa yang telah ia cintai.
Baginya,
menjadi jurnalis adalah menjalankan hobi dan passion, tetapi bisa menjadi sumber income. Donny tak
memungkiri, saat ia memutuskan untuk menjadi jurnalis, ada kekhawatiran pihak keluarga
mengenai nasibnya. Namun, keluarga tetap mendukung keputusan yang diambilnya. Donny
pun membuktikan bahwa dirinya bisa sukses di bidangnya.
“Intinya,
lakukan apapun asalkan sungguh-sungguh, serius, dan konsisten di bidang itu,
Anda bisa sukses. Bagi saya, sukses itu tidak hanya dinilai dari berapa banyak
yang Anda dapat, berapa besar keuntungan yang Anda dapat, tapi seberapa banyak
orang yang bisa Anda touch dengan
profesi itu, seberapa banyak bisa memberikan pengaruh bagi masyarakat itu juga
sebuah kesuksesan,” ungkapnya.
Di mata orang lain
Di
tempat kerjanya saat ini, Beritasatu TV, Donny dinilai oleh rekan kerjanya
sebagai sosok periang dan bersahabat. Meskipun beberapa rekannya jarang
berinteraksi, kesan tersebut muncul saat sesekali bertemu. Presenter Beritasatu
Amanda juga mengutarakan hal yang sama.
“Sebagai
presenter, dia karismatik, tapi cair. Ia punya cara tersendiri bersama
narasumber, bisa membuat dialog itu menjadi menarik dengan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang penuh intrik, namun tidak dengan cara yang
menyinggung atau kurang ajar,” kata Mandy, panggilan akrabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sungguhlah berarti... :)