Sabtu, 17 November 2012

Kenangan Peristiwa Mei 98


Tanggal 13 Mei 1998 menjadi tanggal bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pada saat itu, Indonesia sedang dilanda krisis moneter yang semakin menyengsarakan penderitaan rakyat. Gelombang aksi protes dan demonstrasi pun terjadi di berbagai pelosok daerah, khususnya di Jakarta. Sebagian besar aksi berakhir ricuh. Masyarakat yang sudah frustasi pun mengambil kesempatan ini untuk melakukan penjarahan. Hari itu terasa sangat mencekam bagi saya dan keluarga saya.
Saat peristiwa itu terjadi, saya masih berumur 6 tahun. Saya berada di sekolah (TK) yang lokasinya tidak jauh dari rumah saya di Jatinegara, Jakarta Timur. Pagi itu, sekitar pukul 7 pagi, saya sudah berada di sekolah dan sedang bermain di area taman bermain. Dalam memori saya, sekelompok massa melewati jalan raya di depan sekolah saya. Sekolah saya berada persis di depan Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur. Massa pun berjalan dengan membawa barang yang sangat banyak. Api pun terlihat di tengah jalan raya.
Mungkin karena saya melihat ada keramaian di luar, saya pun tertarik untuk melihatnya. Saya berlari keluar untuk melihatnya, bahkan saya sempat memanjat pagar yang masih terkunci. Namun, usaha saya itu gagal karena ada petugas sekolah yang membawa saya masuk ke dalam kelas. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya selanjutnya jika saja petugas sekolah itu tidak mengamankan saya ke dalam kelas. Mungkin saya akan menjadi korban dari kerusuhan itu.
Ibu saya juga pernah menceritakan pengalaman saat terjadi kerusuhan Mei 98. Saat itu, ibu saya tidak pernah berpikir bahwa kerusuhan itu terjadi sangat cepat dan sampai ke lingkungan sekitar rumah saya. Ibu saya bercerita, kerusuhan pertama kali diketahuinya di daerah Kota, Jakarta Utara. Informasi itu didapatkan dari adik ibu saya yang tinggal bersama nenek saya di daerah Kramat Jaya Baru, Jakarta Pusat saat mendengarkan radio.
Pagi itu, seperti biasa, ibu saya sedang melakukan kegiatan rumah tangga. Telepon berbunyi dan ternyata itu berasal dari adik ibu saya. Ia mengatakan bahwa kerusuhan terjadi di Kota. Ia pun juga menyuruh ibu saya mendengarkan radio yang saat itu sedang melaporkan kerusuhan itu. Namun, karena ibu saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ibu saya pun tidak sempat menyalakan radio. Tidak lama setelah telepon yang pertama, adik ibu saya kembali menelepon. Ia memberi tahu bahwa massa sudah sampai di Sawah Besar. Namun, karena lokasi terjadinya kerusuhan cukup jauh, ibu saya tidak terlalu khawatir.
Beberapa menit kemudian, adik ibu saya kembali menelepon. Ia kembali menyarankan untuk mendengarkan radio untuk memantau pergerakan massa yang saat itu sudah berada di Pasar Baru. Terjadi penjarahan besar-besaran di sana. Sejumlah massa membakar ban bekas di tengah jalan, bahkan membakar juga sejumlah toko di Pasar Baru. Suasana digambarkan sangat mencekam. Ibu saya masih tetap tenang, mengingat jarak antara Pasar Baru dengan tempat tinggal kami masih cukup jauh.
Telepon pun kembali berdering, tidak lama setelah telepon yang sebelumnya. Adik ibu saya memberitahukan bahwa massa sedang bergerak ke Gunung Sahari. Namun, melihat jarak yang masih cukup jauh, ibu saya masih belum begitu khawatir. Bahkan, ibu saya sempat bepikir bahwa kerusuhan akan segera selesai dan tidak akan sampai ke daerah tempat tinggal kami.
Adik ibu saya kembali menelepon dan memberitakan bahwa massa sudah sampai ke Pasar Senen. Penjarahan dan pembakaran yang terjadi di Pasar Baru, terjadi pula di Pasar Senen. Ibu saya pun mulai khawatir dengan pergerakkan massa yang begitu cepat. Adik ibu saya pun menyarankan untuk segera menjemput kakak saya yang berumur 7 tahun (kelas 1 SD) di sekolahnya yang berada di Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Ibu saya pun segera menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya dan bersiap-siap untuk menjemput kakak saya.
Tidak lama berselang, adik ibu saya menelepon kembali dan mengabarkan bahwa massa sudah sampai di Salemba dan sedang menuju ke arah Matraman. Mendengar hal itu, ibu saya segera berlari menuju sekolah kakak saya yang berjarak sekitar 1 km dari rumah. Setelah tiba di sekolah, ternyata pihak sekolah sudah memulangkan para siswanya. Siswa yang belum dijemput oleh orang tuanya tetap berada di kelas hingga orang tuanya datang menjemput.

SUPERKORAN.INFO

Setelah menjemput kakak saya, ternyata massa sudah berada di Matraman dan bergerak menuju ke arah Pasar Jatinegara. Di daerah itu, terdapat sebuah pusat perbelanjaan yang berada tepat di seberang Pasar Jatinegara. Di dalamnya, terdapat supermarket, department store, dan sejumlah toko. Massa pun masuk ke dalam pusat perbelanjaan tersebut dan menjarah semua barang yang berada di dalamnya. Massa pun sempat membakar bangunan tersebut.
Sudah 13 tahun kejadian itu terjadi, namun kenangan itu masih ada. Keadaan yang mencekam dan rasa takut itu masih terekam jelas di ingatan sejumlah orang yang menyaksikan dan mengalami sendiri peristiwa kelam itu. Sampai kapan pun, peristiwa Mei 98 akan menjadi sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang akan selalu dikenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sungguhlah berarti... :)