Kamis, 29 November 2012

Sadari Bahayanya!

Siapa yang tidak mengetahui tentang media sosial? Media yang saat ini banyak digunakan masyarakat, terutama kaum muda. Menulis status di media sosial seakan telah menjadi sebuah kebutuhan. Tanpa disadari, menuliskan status bagaikan pisau bermata dua.

Media sosial memudahkan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Salah satu yang digemari saat ini adalah Facebook. Menurut iCrossing, perusahaan konsultan iklan di Inggris, Maret 2011, Indonesia menempati rangking kedua pengguna Facebook terbesar di dunia dengan lebih dari 35 juta pengguna.
Hasil riset Ipsos Indonesia, lembaga riset independen, pada Oktober 2011 menyebutkan pengguna Facebook di Indonesia rata-rata mengunjungi Facebook 23 kali dalam sebulan dan menghabiskan 5,5 jam dalam sebulan untuk mengakses situs jejaring sosial itu.
Adapun untuk Twitter, 4,5 juta orang Indonesia menggunakan situs micro-bloging ini. Indonesia menjadi negara terbesar ketiga pengguna twitter di dunia yang aktif mengirim sekitar 1,29 juta tweet per hari.
Pertumbuhan media sosial tidak lepas dari pertumbuhan pengguna internet. Menurut data statistik yang dirilis Internet World Stats, tahun ini pengguna internet di Indonesia mencapai sekitar 30 juta user. Sementara hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight memberikan indikasi  bahwa  rata-rata pengguna internet di Indonesia mengakses melalui smartphone dan notebook.
Dengan maraknya gadget baru yang berkembang dan ditunjang pula oleh semakin terjangkaunya harga paket mobile internet yang ditawarkan oleh operator seluler, pengguna internet yang juga pengguna media sosial semakin banyak di Indonesia. Teknologi yang makin maju membuat kita dapat mengaksesnya kapan saja dan di mana saja. Kita bisa meng-update status dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.

Eksistensi
Psikolog yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Debora Basaria mengemukakan, banyak faktor yang membuat anak muda menggandrungi media sosial. “Mungkin ada kebutuhan eksistensi, untuk diakui dan diketahui banyak orang,” paparnya.
Selain itu, media sosial dianggap cara yang paling aman untuk menyalurkan perasaan. Media ini dapat menjadi tempat untuk mencari support atau afeksi dari orang lain.

Debora Basaria

Masalah yang kemudian muncul, media sosial yang bersifat tidak langsung, tidak memiliki feeling atau perasaan. Sebuah status bisa dimaknai negatif oleh orang lain. Meski tulisan itu disertai emoticon, tetap saja tidak memiliki perasaan. “Untuk mengurangi misperception, sebaiknya bertemu langsung daripada menuliskan status,” ujar Debora.
Hadirnya media sosial membuat mereka digiring menjadi pribadi yang memiliki banyak teman meski tidak dikenali dengan baik. Mereka berkembang menjadi pribadi yang narsistik. Media sosial telah menjadi gaya hidup yang kemudian dianggap sebagai sebuah keharusan yang menimbulkan perilaku ketergantungan. “Adiksi merupakan sesuatu yang berlebihan dan sesuatu yang berlebihan itu tentu saja tidak baik,” katanya.

Boleh-boleh saja, tapi?
Agar tidak timbul masalah, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah mengendalikan diri. Kita harus bisa menetapkan rambu-rambu (aturan) yang jelas tentang apa yang pantas dan tidak pantas untuk disampaikan. “Baik yang menuliskan status maupun yang membaca atau ingin mengomentarinya, sebaiknya memiliki etika. Itu penting,” kata Debora.
Kita juga harus bisa menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat. Kita bisa menuliskan status tentang kata-kata mutiara atau yang memotivasi. Itu dapat memberikan efek positif bagi orang di sekitar kita.
Untuk menilai sesuatu bermanfaat atau tidak, kita dapat melihat dari kontennya. “Kalau untuk mengungkapkan perasaan terhadap orang lain, akan lebih baik bertatapan. Tapi, kalau untuk mengeluarkan unek-unek, tidak ditujukan pada suatu orang secara eksplisit, tidak apa-apa,” ujarnya.
Menulis status di media sosial boleh-boleh saja, asal jangan sampai kecanduan, perhatikan konteks dan etikanya. Selamat bersosialisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sungguhlah berarti... :)