Senin, 19 November 2012

Ujian Moral dalam Ujian Nasional


U
jian Nasional tingkat SMA/SMK sederajat telah diselenggarakan pada 16-19 April 2012. Secara umum, penyelenggaraan UN tahun ini berjalan lancar walau terjadi sejumlah masalah, seperti berkas soal rusak, kekurangan soal, dan soal yang tertukar.
Meskipun demikian, kecurangan saat UN masih saja terjadi. Pemantauan Indonesia Corruption Watch (ICW), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), dan Koalisi Pendidikan menunjukkan, pelaksanaan UN di tujuh daerah diindikasikan terjadi kecurangan. Kecurangan dinilai semakin sistematis dan rapi sehingga sulit dibuktikan.
Sudah menjadi rahasia umum, pembelian soal dan kunci jawaban marak terjadi sebelum penyelenggaraan UN. Tidak hanya siswa, pihak sekolah pun ada juga yang membelinya. Alasannya sama, ingin agar dapat lulus. UN selama ini dinilai sebagai beban yang memberatkan dan menyengsarakan, baik untuk siswa maupun untuk pihak sekolah.
Jika melihat sistem pendidikan di Finlandia, tentu Indonesia sungguh tertinggal. Pemerintah Finlandia berhasil menyusun kurikulum yang tidak memberatkan siswanya. Siswa dapat bebas memilih ujian mana yang akan mereka lalui. Dengan demikian, siswa di Finlandia dapat berkonsentrasi penuh dengan pelajaran yang mereka kuasai. Sekolah, belajar, dan ujian menjadi hal yang menyenangkan. Bandingkan dengan pemikiran siswa di Indonesia yang masih menganggapnya sebagai momok, beban yang membuat mereka menderita.
UN seharusnya dibuat untuk menjadi alat pengukur keberhasilan proses belajar, bukan sebagai alat penentu seorang siswa lulus atau tidak. Bila UN masih digunakan sebagai penentu kelulusan, berbagai kecurangan akan terus terjadi. Mental dan moral bangsa kita akan semakin rusak jika hanya berpikir bagaimana caranya untuk lulus tanpa harus bersusah payah. Jalan pintas dengan menggunakan kecurangan menjadi pilihan utama.
Berbagai keluhan tentang UN sudah sebaiknya diakhiri. Keluhan diganti dengan pemikiran untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Kecurangan dalam UN menjadi gambaran lemahnya pendidikan karakter bangsa kita. Hasil UN dapat dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki sistem pendidikan, baik pendidikan kognitif maupun pendidikan moral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda sungguhlah berarti... :)