U
|
jian
Nasional tingkat SMA/SMK sederajat telah diselenggarakan pada 16-19 April 2012.
Secara umum, penyelenggaraan UN tahun ini berjalan lancar walau terjadi
sejumlah masalah, seperti berkas soal rusak, kekurangan soal, dan soal yang
tertukar.
Meskipun
demikian, kecurangan saat UN masih saja terjadi. Pemantauan Indonesia
Corruption Watch (ICW), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), dan Koalisi
Pendidikan menunjukkan, pelaksanaan UN di tujuh daerah diindikasikan terjadi
kecurangan. Kecurangan dinilai semakin sistematis dan rapi sehingga sulit
dibuktikan.
Sudah
menjadi rahasia umum, pembelian soal dan kunci jawaban marak terjadi sebelum
penyelenggaraan UN. Tidak hanya siswa, pihak sekolah pun ada juga yang
membelinya. Alasannya sama, ingin agar dapat lulus. UN selama ini dinilai
sebagai beban yang memberatkan dan menyengsarakan, baik untuk siswa maupun
untuk pihak sekolah.
Jika
melihat sistem pendidikan di Finlandia, tentu Indonesia sungguh tertinggal. Pemerintah
Finlandia berhasil menyusun kurikulum yang tidak memberatkan siswanya. Siswa
dapat bebas memilih ujian mana yang akan mereka lalui. Dengan demikian, siswa
di Finlandia dapat berkonsentrasi penuh dengan pelajaran yang mereka kuasai.
Sekolah, belajar, dan ujian menjadi hal yang menyenangkan. Bandingkan dengan
pemikiran siswa di Indonesia yang masih menganggapnya sebagai momok, beban yang
membuat mereka menderita.
UN
seharusnya dibuat untuk menjadi alat pengukur keberhasilan proses belajar,
bukan sebagai alat penentu seorang siswa lulus atau tidak. Bila UN masih
digunakan sebagai penentu kelulusan, berbagai kecurangan akan terus terjadi. Mental
dan moral bangsa kita akan semakin rusak jika hanya berpikir bagaimana caranya
untuk lulus tanpa harus bersusah payah. Jalan pintas dengan menggunakan
kecurangan menjadi pilihan utama.
Berbagai
keluhan tentang UN sudah sebaiknya diakhiri. Keluhan diganti dengan pemikiran
untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Kecurangan dalam UN menjadi
gambaran lemahnya pendidikan karakter bangsa kita. Hasil UN dapat dijadikan bahan
evaluasi untuk memperbaiki sistem pendidikan, baik pendidikan kognitif maupun
pendidikan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda sungguhlah berarti... :)